sponsor

ALAMKU MENANGIS



ALAMKU MENANGIS
Oleh : Andreana Fajar Faida
Siswi Kelas XI MA HK


Bumi berputar pada porosnya, begitu pula planet-planet lainnya. Tapi akankah sebagian dari jutaan bahkan ribuan manusia menyadari bahwa bumi tempat kaki kita berpijak hari demi hari, tahun demi tahun, semakin tua dan semakin rusak. 

Rusaknya alam sebagian besar disebabkan oleh ulah tangan manusia yang tak bertanggung jawab dan memang benar sekarang pun kerusakan alam sudah terjadi dimana-mana, kita pun melihatnya atau malah jadi pelakunya.

Saat aku tumbuh remaja, aku terdiam dalam langkah dibawah sinar matahari, melihat bayangan tubuhku serta merasakan hembusan angin di mataku. Aku menatap diantara tebing-tebing, dalam diam aku berfikir akan isyarat alam yang menangis, melihat betapa sakitnya mereka dirusak oleh sebagian manusia. 

Tebing-tebing menjulang tinggi, tanah yang dulu dipenuhi bebatuan dan pepohonan nan indah, sekarang hanya menjadi tebing-tebing tandus.  Truk-Truk yang berlulu lalang silih berganti dari lokasi galian bebatuan menjadi simbol pengerukan sumber daya alam yang ada. 

Bagi sebagian masyarakat, hal itu pun berdampak negatif bagi masyarakat, mulai dari kerusakan alam, hingga jalan yang dilewati terus menerus rusak. Bukan hanya itu saja, rumah yang berada dipinggir jalan lama kelamaan mengalami imbasnya, tembok retak akibat mobil yang membawa beban berat dengan kelajuan yang kencang, tak hanya itu saja nyawa pun kadang menjadi taruhan. 

Alam didesaku begitu miris, aku tahu tujuan mereka untuk mencukupi kebutuan sehari-hari tapi akankah karna nafkah mereka lupa akan alam dan tanpa mereka ketahui apa dampak negatifnya. Pengalian terjadi dimana-mana bukan hanya 1 atau 2 tempat tetapi lebih.

Kalian bisa mengambilnya tapi ambilah secukupnya, sesuai kebutuhan dan  jangan kalian ambil secara keseluruhan karna dapat merusak ekosistem alam. Pernahkan kalian berpikir hal apa yang akan terjadi dikemudian hari?

Dalam benakku aku berfikir apa yang akan terjadi dimasa mendatang, akankah Anak dan Cucu ku masih bisa melihat serta merasakan keindahan warisan leluhur ini ataukah hanya cerita manis saja yang dapat mereka dengar.

Air, tanah dan bebatuan mengisyaratkan tangisan alam yang tak kuasa menahan dan melawan kepedihan diatas kepuasan. Dalam bentuk keindahan engkau dilihat sebagai anugrah dari sang pencipta, namun sekarang semakin sirna secara pelahan oleh para penguasa.

Mantel terkecil dari bumi kini semakin menipis, ditengah kesunyian malam yang berkelarutan masih tersimpan tangis yang tak dapat mereka lontarkan, hanya bisa diam dan terus terdiam.

Dalam sepi aku berfikir dengan ditemani hembusan angin, akankah keindahan ini masih terus ada ataukah akan semakin lenyap ditangan manusia. Padahal manusia diutus sebagai kholifah dimuka bumi untuk saling menjaga dan menyayangi satu sama lainnya.

Didalam keheningan malam, Aku bedoa dan berharap alam tak pernah murka akan ulah manusia. Aku berdoa ditempat kaki ini berpijak, dinegeri ini, didesa ini, ditanah kelahiran ini serta dibumi ini, semoga semuanya mendapatkan keselamatan serta membuat mereka sadar akan pentingnya menjaga kelestaarian alamnya.

Ingatlah, setiap perbuatan pasti menuai balasannya jadi sayangi, cintai, rawat, jaga serta lestarikan alam, hewan dan ekosistem lainnya yang ada dimuka bumi ini semua hanya titipan, jangan jadikan titipan sebagai jalan menuju kepuasan. 
Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa, manusia hanya bisa bedoa, berusaha serta berikhtiar semoga hak baik selalu menyertai kita.